Lontar pengayam-ayaman, pedoman untuk penggemar tajen

Balikinijani.blogspot.co.id– Ada satu  lontar kuno yang berisi menguraikan mengenai hari baik serta jelek dalam memastikan kemenangan dalam permainan sambung ayam (tajen). Dikenal dengan lontar Pengayam-ayaman yang dengan cara detil menerangkan pertemuan pancawara, saptawara serta wuku memengaruhi kemenangan serta kekalahan pertarungan seekor ayam.

Walau lontar itu termasuk cukup kuna, tetapi sekarang ini beberapa pengetahuan dari lontar itu seolah tak pernah hilang bersamaan dengan kehadiran permainan sabung ayam (tajen). Untuk sebagian kelompok pecinta tajen kehadiran lontar itu disebutkan sebagai suatu tuntunan yang cukup bermanfaat untuk memastikan kemenangan dalam permainan itu. Salah seseorang pecinta tajen mengakui kalau ia kerap mempraktekan apa yang di baca dalam cuplikan lontar pengayam-ayam.

Walau demikian dalam setiap permainan tajen lontar yang ia baca tak selalu berlaku benar, tetapi seringkali juga jadi meleset dari perkiraannya. Permainan tajen itu menurut dia lebih cendrung ditetapkan pada nasib, walau dengan cara mendalam mempercayai kebenaran lontar pengayam-ayaman. Hal-hal lain yang menurut dia punya pengaruh pada ketidak cocokan lontar pengayam-ayam sekarang ini yaitu lantaran dalam permainan itu tak akan mempertarungkan ayam lokal saja, tetapi juga membawa ayam-ayam type luar seperti pucer, peru, lensi serta type ayam luar yang lain.

Terkadang susah juga memastikan, ayam yang dimuat di lontar dapat tidak sama di kalangan, terlebih saat ini munculnya ayam-ayam luar kerap juga jadi salah menebak. Berikut lontar pengayam-ayaman yang berlaku Anggara Manis Wariga serta Buda Paing Wariga yang berbunyi :

“Anggara Manis. Kajeng Urukung, Lundre : Ngango beduur binge (M) polos. Sangkur polose jaye. Brumbun, kelawu talu, biing (M) buik. Se kedas terus jaye. Wangkas talu. Wangkas polose jaye. Kedas batise dadi”. “Buda paing. Pasah Paniron. Brahma : Kuning batise jaye. Ijo jaye. Sangkur kedase talu. Barak batise jaye. Srawah jaye. Klawu kedas talu. Biing kuning barak jaye. Brumbun jaye. Biru gadang batise jaye”.